Pada jaman dahulu kala bekisar tahun 1479 - 1568 M, Panglima perang dari Kerajaan Demak yang bernama Pangeran Surya Ningrat bermaksud ingin memperdalam ilmu keagamaannya yaitu agama Islam karena pusat islam berada di wilayah Cirebon yang pada masa itu di pimpin oleh Sunan Gunung Djati yang bergelar Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panatagama Awlya Allah Kutubid Jaman Khalifatur Rasulullah.
Surya Ningrat berguru di Mbah Kuwu Cirebon tentang berbagai ilmu agama islam dan ilmu kanuragan, hari demi hari minggu-demi minggu. bulan berganti bulan, tahun demi tahun lamanya Surya Ningrat dengan sabar dan tekun mempelajari dan menyerap apa yang diajarkan oleh Mbah Kuwu Cirebon dan Sunan Gunung Jati.
Pada suatu masa terdengar kabar bahwa diwilayah barat Cirebon tepatnya dekat Padukuhan Lurah Gede sebelah utara, telah merebak luas penyebaran agama Hindu, padahal di Padukuhan Lurah Gede telah dipimpin oleh seorang tokoh agama yang telah sepuh yang bernama " KIGEDE SUROWIJOYO", Ki Gede Lurah telah menjauhi urusan duniawi beliau tekun dan khusuk meningkatkan ibadah terhadap Allah SWT.
Diwilayah barat Cirebon tepatnya yang bernama sekarang Desa PURBAWINANGUN di desa itu telah diajarkan kepercayaan agama Hindu oleh seorang tokoh yang bernama Pangeran Purbaya, lama-kelamaan perkembangan ajaran Hindu di daerah itu semakin pesat dan ramai. Kabar ini terdengar sampai ke Kesultanan Cirebon. Mbah Kuwu Cirebon beserta Sunan Gunung Jati Bertindak cepat tanpa menunda-nunda, karena diwilayah Cirebon telah berkembang ajaran Hindu, maka Mabah Kuwu Cirebon dan Sunan Gung Jati mengirim muridnya yang sudah alam belajar dan mengabdikan dirinya untuk tanah Cirebon yaitu Surya Ningrat untuk melihat dan membatasi perkembangan ajaran Hindu diwilayah itu.
Mbah Kuwu Cirebon beserta Surya Ningrat mendatangi daerah barat Lurah Gede di sana masih merupakan hutan belantara dan banyak sekali pohon krambil (kelapa), disitulah Pangeran Surya Ningrat membuka alas krambil untuk dijadikan sebuah padukuhan (perkampungan). Dalam proses pembukaan lahan, Surya Ningrat bersenjatakan Arit Luk yang bergagang permata (yang konon telah dijual oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan sekarang menurut pendapat para ahli kebatinan, senjata tersebut ada di daerah Indramayu), dengan semangat yang tinggi serta penung tanggung jawab Surya Ningrat membuka alas krambil, rintangan demi rintangan dapat dilaluinya hingga ada tangtangan yang sangat berat, dialas krambil tersebut ditunggui oleh seekor ular besar yang sangat mumpuni. Tetapi dengan keteguhan hati dan keyakinan yang tinggi akhirnya Surya Ningrat dapat menaklukan ular tersebut sampai tunduk, setelah dikalahkan ular tersebut berubah menjadi senjata tombak yang diberi nama sampai sekarang (Tombak Sekar Welang).
Mbah Kuwu Cirebon beserta Surya Ningrat mendatangi daerah barat Lurah Gede di sana masih merupakan hutan belantara dan banyak sekali pohon krambil (kelapa), disitulah Pangeran Surya Ningrat membuka alas krambil untuk dijadikan sebuah padukuhan (perkampungan). Dalam proses pembukaan lahan, Surya Ningrat bersenjatakan Arit Luk yang bergagang permata (yang konon telah dijual oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan sekarang menurut pendapat para ahli kebatinan, senjata tersebut ada di daerah Indramayu), dengan semangat yang tinggi serta penung tanggung jawab Surya Ningrat membuka alas krambil, rintangan demi rintangan dapat dilaluinya hingga ada tangtangan yang sangat berat, dialas krambil tersebut ditunggui oleh seekor ular besar yang sangat mumpuni. Tetapi dengan keteguhan hati dan keyakinan yang tinggi akhirnya Surya Ningrat dapat menaklukan ular tersebut sampai tunduk, setelah dikalahkan ular tersebut berubah menjadi senjata tombak yang diberi nama sampai sekarang (Tombak Sekar Welang).